Minggu, 05 Mei 2019

Perjalanan tanpa mengeluh

Ada kala dimana kita merasa sempit.
Ada kala dimana kita merasa lapang.
Atau pun dimana kita merasa biasa saja.
.
.
Walaupun hidup terasa sempit. Aku melihat teman dekatku sangat bahagia menjalani semua kesempitan. She has 3 siblings and still in high school. Ayah seorang supir truk. Ibu yang berjualan warung.
Suatu hari, si ayah mengalami struk ringan dan terpaksa tidak bisa bekerja. Di saat yang sama, temanku ini terkena potongan gaji akibat konsekuensi dia akan resign. Aku tau, gaji dia dibawah UMR jakarta, ditambah lagi, potongan2 gaji yg mungkin terasa sesak. Jika aku jadi dia, mungkin mengeluh dan pusing yang aku alami.
Tapi. She's very happy. Even i know she depressed. But she showed us that she was allright. Dia selalu tersenyum saat bekerja. Tidak pernah merasa kecewa dengan aturan kantor yg sesak. Dia tetap bersyukur menerima gaji yang dipotong namun dengan kerjaan yg banyak. Tetap bersyukur meski sang ayah sedang sakit. Dia tau, bahwa rezeki akan datang darimana saja. Walaupun logikanya, si ayah yang sedang sakit tidak bekerja. Entah darimana pemasukan yg ia terima.
Namun. Seiring berjalannya waktu, alhamdulillah si ayah sembuh dan dapat bekerja lagi sebagai supir melalui kenalan ayahnya.
Dengan berjalannya waktu, teman dekatku ini memiliki pekerjaan lagi meski bukan di kantor yang bagus, tp setidaknya dia mendapatkan pekerjaan dalam selang waktu 1 bulan tidak bekerja.
.
.
.
I see some people always happy meski sedang sempit. Tetap bersyukur walaupun dunia terasa tidak adil. Tetap hidup dan menjalani hari tanpa mengeluh.
She inspired me.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar